Selasa, 25 Oktober 2011

Pembalutan

PEMBALUTAN

Pembalut adalah Bahan yang digunakan untuk mempertahankan penutup luka.

Fungsi Pembalut:

  1. Penekanan untuk membantu menghentikan perdarahan.
  2. mempertahankan penutup luka pada tempatnya.
  3. Menjadi penopang untuk bagian tubuh yang cedera.

PEDOMAN PEMBALUTAN

  1. Pembalut dipasang setelah perdarahan terhenti.
  2. Ikatan jangan terlalu kendor atau kencang
  3. Ujung pemablut jangan terurai
  4. Daerah yang dibalut harus lebih luas dari luka
  5. Jangan menutup ujung jari kecuali ada luka
  6. Khusus anggota gerak pembalutan dilakukan dari bawah ke atas (arah jantung)
  7. Pembalutan dilakukan pada posisi yang diinginkan

Prosedur Pembalutan:


1. Perhatikan tempat atau letak bagian tubuh yang akan dibalut dengan menjawab pertanyaan ini:

· Bagian dari tubuh yang mana? (untuk menentukan macam pembalut yang digunakan dan ukuran pembalut bila menggunakan pita)

· Luka terbuka atau tidak? (untuk perawatan luka dan menghentikan perdarahan)

· Bagaimana luas luka? (untuk menentukan macam pembalut)

· Perlu dibatasi gerak bagian tubuh tertentu atau tidak? (untuk menentukan perlu dibidai/tidak?)

2. Pilih jenis pembalut yang akan digunakan. Dapat satu atau kombinasi.


3. Sebelum dibalut, jika luka terbuka perlu diberi desinfektan atau dibalut dengan pembalut yang mengandung desinfektan. Jika terjadi disposisi/dislokasi perlu direposisi. Urut-urutan tindakan desinfeksi luka terbuka:

· Letakkan sepotong kasa steril di tengah luka (tidak usah ditekan) untuk melindungi luka selama didesinfeksi.

· Kulit sekitar luka dibasuh dengan air, disabun dan dicuci dengan zat antiseptik.

· Kasa penutup luka diambil kembali. Luka disiram dengan air steril untuk membasuh bekuan darah dan kotoran yang terdapat di dalamnya.

· Dengan menggunakan pinset steril (dibakar atau direbus lebih dahulu) kotoran yang tidak hanyut ketika disiram dibersihkan.

· Tutup lukanya dengan sehelai sofratulle atau kasa steril biasa. Kemudian di atasnya dilapisi dengan kasa yang agak tebal dan lembut.

· Kemudian berikan balutan yang menekan.

Apabila terjadi pendarahan, tindakan penghentian pendarahan dapat dilakukan dengan cara:

· Pembalut tekan, dipertahankan sampai pendarahan berhenti atau sampai pertolongan yang lebih mantap dapat diberikan.

· Penekanan dengan jari tangan di pangkal arteri yang terluka. Penekanan paling lama 15 menit.

· Pengikatan dengan tourniquet.

o Digunakan bila pendarahan sangat sulit dihentikan dengan cara biasa.

o Lokasi pemasangan: lima jari di bawah ketiak (untuk pendarahan di lengan) dan lima jari di bawah lipat paha (untuk pendarahan di kaki)

o Cara: lilitkan torniket di tempat yang dikehendaki, sebelumnya dialasi dengan kain atau kasa untuk mencegah lecet di kulit yang terkena torniket. Untuk torniket kain, perlu dikencangkan dengan sepotong kayu. Tanda torniket sudah kencang ialah menghilangnya denyut nadi di distal dan kulit menjadi pucat kekuningan.

o Setiap 10 menit torniket dikendorkan selama 30 detik, sementara luka ditekan dengan kasa steril.

· Elevasi bagian yang terluka


4. Tentukan posisi balutan dengan mempertimbangkan:

· Dapat membatasi pergeseran/gerak bagian tubuh yang memang perlu difiksasi

· Sesedikit mungkin membatasi gerak bgaian tubuh yang lain

· Usahakan posisi balutan paling nyaman untuk kegiatan pokok penderita.

· Tidak mengganggu peredaran darah, misalnya balutan berlapis, yang paling bawah letaknya di sebelah distal.

· Tidak mudah kendor atau lepas.

2 komentar:

  1. pedoman sampai prosedur no.1 msh bs digunakan tp lainnya hati-hati, krn kurang tepat ato tidak betul jujurnya....met cari referensi lainnya...

  1. untuk kasus trauma,apabila dtemukan fraktur atau susp fr bisa dilakukan reposisi tetapi harus sudah profesional terkait sifat dan karakter muskuloskeletal dan fr itu sndiri.sedangkan dislokasi tidak diperkenankan sedikitpun dilakukan reposisi kecuali pihak medis orthopedi di pemberian bantuan lanjutan (bukan di PP).untuk PP hanya bersifat imobilisasi......mga bisa jdi bhan pertimbangan n sharing